etmnlong.gif (2291 bytes) spacer

 

also in english

see also Pertanggungjawaban Soeharto Tidak Boleh Mati Bersamanya Also in English; Tetum

East Timor and Indonesia Action Network

Tentang Soeharto

Soeharto, yang memimpin Indonesia dari tahun 1966 sampai dengan 1998, adalah penentu arah politik dan perekonomian Indonesia setelah tahun 1966. Para pendukungnya memuji keberhasilannya memelihara stabilitas bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Para pengkritiknya mengutuk pemerintahannya yang penuh korupsi, ditandai oleh kebekuan politik, bersifat otoriter, dan ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia, sebagai warisan yang Indonesia sampai saat ini masih berusaha musnahkan. 

Clinton And Suharto
 
Clinton and Suharto.  

Soeharto lahir pada tahun 1921 di Jawa Tengah dekat Yogyakarta. Dengan latar belakang pendidikan terbatas ia bergabung dengan Angkatan Darat Kerajaan Belanda di Indonesia (KNIL) pada usia 19 tahun. Naiknya Soeharto ke jajaran kepemimpinan terjadi selama karirnya dalam militer Indonesia, khususnya selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda (1945-1949). Di tahun 1962 president Indonesia saat itu, Soekarno, menunjuk Soeharto sebagai pemimpin Operasi Mandala bagi “pembebasan” Irian Barat (Papua Barat)(1962-1963) dan juga sebagai pemimpin Operasi Trikora dalam konfrontasi dengan Malaysia (1963-1965). Sekalipun bukan pemimpin militer yang terlatih, Soeharto menggunakan posisinya untuk membangun jaringan pamegat/patronase dan berhasil memenangkan loyalitas para bawahannya yang kemudian ia gunakan untuk menyusun kekuasaan. Di tahun 1964 Soeharto yang telah menjadi Mayor Jenderal diangkat sebagai komandan KOSTRAD, Komando Strategis Angkatan Darat.

Setelah upaya kudeta Untung pada tanggal 30 September 1965 sebagaimana diklaim, Soeharto sebagai komandan KOSTRAD mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat Indonesia. Menggunakan Gerakan 30 September 1965 sebagai alasan bagi pembunuhan masal, sebagaimana dikatakan oleh sejarawan John Rossa, dari bulan Oktober 1965 sampai dengan Maret 1966 Soeharto memimpin pemusnahan Partai Komunis Indonesia (PKI), pembunuhan atas sekitar 400.000 sampai dengan 1 juta orang dan pemenjaraan sekitar ratusan ribu orang yang diduga sebagai anggota PKI.  Pada tanggal 11 Maret 1966 ia berhasil mendesak Soekarno untuk mengalihkan kekuasaan kepadanya.

Follow ETAN:
Like ETAN on Facebook Follow ETAN on Twitter ETAN on Google+ ETAN email listservs ETAN blog ETAN on LinkedIn ETAN on Pinterest Donate to ETAN!

Selain memimpin pembunuhan masal anggota PKI, tugas pertama Soeharto adalah menyelamatkan perekonomian Indonesia yang porak poranda dan memenangkan kepercayaan investor asing dan pemerintah negara-negara barat yang mengontrol bantuan dan modal yang Indonesia sangat butuhkan. Ia menunjuk sekelompok penasihat ekonomi yang berlatar belakang pendidikan Amerika Serikat untuk melaksanakan tugas tersebut, yang kemudian menyusun hukum penanaman modal asing untuk mengundang modal asing ke Indonesia dengan persyaratan-persyaratan yang sangat menarik.

 
AFP  

Soeharto menjadi presiden di tahun 1967 dan menjadi komandan tertinggi atas angkatan bersenjata di tahun 1968. Ia terpilih kembali sebagai presiden dalam pemilihan yang ketat diatur pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Selama itu, para pemegang tampuk pemerintahan di Amerika Serikat menyediakan bantuan politis, militer, dan ekonomi, dengan pertimbangan bahwa Soeharto adalah rekan anti komunis dan benteng stabilitas di regio labil yang vital secara strategik.

Orde Baru dari Soeharto dapat digambarkan sebagai rezim militer yang birokratik, dengan administrasi militer yang paralel dengan administrasi sipil sampai ke tingkat pedesaan. Administrasi militer-politik ini terbukti dalam menjaga keteraturan,  meskipun tentunya melalui tekanan brutal atas para penentang. Karena tidak mempunyai basis massa tersendiri, rezim ini menciptakan sebuah organisasi politik bernama Golkar yang terdiri atas kelompok-kelompok fungsional yang meliputi petani, buruh, bisnis, dan angkatan bersenjata, semuanya untuk menggerakkan dukungan politik.

Selama periode Orde Baru, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, didukung sebagian oleh meningkatnya pendapatan dari minyak bumi. Sementara Bank Dunia dan para pendukung rezim ini menunjuk pada angka-angka pertumbuhan ini sebagai bukti absahnya dukungan mereka, angka-angka pertumbuhan itu sangat menyesatkan, seringkali diciptakan dengan menutupi ketidakmerataan yang meningkat pesat. Dengan menggunakan jaringan luas militer dan bisnis yang dikontrol oleh negara, keluarga Soeharto dan para kroninya mengambil sebagian besar bagian dari pertumbuhan itu bagi diri mereka sendiri, mencuri sekitar 15-30 milyar Dollar Amerika Serikat dan yang menurut Perserikatan Bangsa Bangsa serta kelompok anti korupsi Transparency International menjadikan Soeharto sebagai salah satu orang terkaya di dunia dan mungkin sebagai koruptor terbesar dalam sejarah.

Korupsi dan tidak adanya pertanggunjawaban juga menjangkau wilayah kebijakan politik luar negeri. Di tahun 1969 Indonesia melakukan aneksasi atas Papua Barat melalui “Tindakan Pilihan Bebas” yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa Bangsa tetapi dilaksanakan secara curang, dan yang kemudian diikuti dengan aksi militer terhadap gerakan kemerdekaan yang mengorbankan puluhan ribu jiwa. Tekanan yang sama juga dilakukan terhadap Aceh, dimana angkatan bersenjata membunuh puluhan ribu penduduk sipil dalam perang melawan pemberontakan di akhir tahun 1970-an, dan di berbagai tempat di nusantara, menandai posisi Soeharto sebagai salah satu pemimpin paling brutal dalam era setelah perang. 

Di bulan Desember 1975 Soeharto memberikan otorisasi untuk menginvasi bekas koloni Portugis, Timor Timur. Hampir satu pertiga populasi Timor Timur menjadi korban jiwa invasi dan pendudukan Indonesia itu. Akan tetapi sekalipun telah didukung secara militer dan politis oleh Amerika Serikat, Indonesia sepenuhnya berhasil mengukuhkan kekuasaannya atas Timor Timur, dan pada akhirnya wilayah ini berhasil memperoleh kebebasannya kembali dalam referendum yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa Bangsa  pada bulan Agustus 1999, yang kemudian diikuti oleh tindakan bumi hangus oleh militer Indonesia mengakibatkan hampir semua penduduk kehilangan tempat tinggal.

Sekitar tahun 1990-an meningkatnya ketidakmerataan sosial dan ekonomi dan tekanan keras atas para penentang menggerogoti legitimasi Soeharto yang didasarkan atas janji kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan itu di dalam negeri. Korupsi yang merajalela dan kurangnya transparansi dalam rezim ini juga menggerogoti stabilitas ekonomi, dimana stabilitas mata uang dan ekspektasi para penanam modal asing sebetulnya dibangun atas asumsi-asumsi yang sebagian besar fiktif.  

Krisis Ekonomi Asia di tahun 1997 yang menghantam keras perekonomian Indonesia menyatukan dan memperkuat oposisi yang sebelumnya tercerai berai dan lemah itu.  Gerakan massal dari para mahasiswa, pedagang kaki lima dan  masyarakat miskin di perkotaan, muncul, mendesak Soeharto untuk turun tahta. Penarikan dukungan dari negara-negara barat khususnya Amerika Serikat, perselisihan dalam tubuh Angkatan Darat, dan aksi protes yang meluas, memaksa Soeharto mengundurkan diri di bulan Mei 1998 setelah 32 tahun bertahta. Akan tetapi sejak itu Soeharto tetap berhasil mencegah upaya masyarakat luas dan organisasi-organisasi pendukung demokrasi untuk membawanya ke hadapan pengadilan mempertanggunjawabkan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Ditulis bagi ETAN oleh Brad Simpson, sejarawan hubungan Amerika Serikat – Indonesia dari University of Maryland, Baltimore County.


Google

WWW http://www.etan.org

 

     
bar
  spacer


Support ETAN. Donate today!

Become an ETAN Sustainer, make a pledge via credit card here

Bookmark and Share

Background | Take Action | News | Links | What You Can Do | Resources  | Contact

ETAN Store | Estafeta | ImagesHome | Timor Postings | Search | Site Index |

Follow ETAN:

Like ETAN on Facebook Follow ETAN on Twitter ETAN on Google+ ETAN email listservs ETAN blog ETAN on LinkedIn ETAN on Pinterest Donate to ETAN!